Di sekolah yang dikenal sebagai SMP Tri Hita Karana, seorang kepala sekolah bernama Ibu Dewi Kartika menjadi idola bagi seluruh warga sekolah. Kepemimpinannya yang mengusung konsep Tri Hita Karana, filosofi hidup Bali yang menekankan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, menjadikannya sosok inspiratif dan dicintai oleh semua pihak.
Dalam
kepemimpinan Ibu Dewi, segala kebijakan diambil dengan musyawarah dan
kesepakatan bersama. Ia membuka ruang dialog yang luas, tidak hanya dengan guru
dan staf sekolah, tetapi juga dengan para siswa dan orang tua. Setiap masukan
dihargai, dan keputusan diambil dengan melibatkan semua pihak, mencerminkan
konsep pertama dari Tri Hita Karana, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan.
Ibu Dewi juga
aktif menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Ia memahami bahwa
keberlanjutan pendidikan tidak terlepas dari dukungan lingkungan sekitar.
Dengan melibatkan masyarakat, Ibu Dewi membangun kebersamaan dan menciptakan
hubungan yang harmonis sesuai dengan konsep hubungan manusia dengan sesama
manusia.
Dalam
pembelajaran, Ibu Dewi menerapkan prinsip keberlanjutan dan keseimbangan alam.
Ia memastikan bahwa kegiatan belajar tidak hanya menciptakan siswa yang cerdas,
tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Misalnya, melalui
program sekolah hijau yang melibatkan siswa dalam penanaman pohon dan
pengelolaan sampah, Ibu Dewi menjalankan konsep Tri Hita Karana yang ketiga,
yaitu hubungan manusia dengan alam.
Pendidikan
karakter juga menjadi fokus utama kepala sekolah ini. Ibu Dewi tidak hanya
mengejar prestasi akademis, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral dan etika
kepada siswa. Ia menanamkan rasa tanggung jawab dan kepedulian sosial pada
siswa, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang berkontribusi positif dalam
masyarakat, sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yang kedua, yaitu hubungan
manusia dengan sesama manusia.
Dalam
mengambil keputusan, Ibu Dewi selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap semua
pihak yang terlibat. Ia tidak hanya memikirkan kepentingan sekolah, tetapi juga
kepentingan guru, siswa, dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Ibu Dewi
menjalankan prinsip keseimbangan dan keadilan, mencerminkan konsep Tri Hita
Karana yang terus menerus mengingatkan untuk mencapai keseimbangan dalam segala
hal.
Ibu Dewi juga
berusaha mengembangkan potensi setiap individu dalam lingkungan sekolah. Ia memberdayakan guru-guru untuk mengembangkan metode pengajaran kreatif
sesuai dengan bakat dan minat masing-masing siswa. Ia memahami bahwa
keberagaman adalah anugerah, dan dengan memberdayakan setiap individu, ia
menjalankan konsep Tri Hita Karana yang ketiga.
Saat
merencanakan kegiatan sekolah, Ibu Dewi selalu memasukkan unsur kearifan lokal
dan kebudayaan. Ia ingin agar setiap siswa
menghargai dan melestarikan warisan budaya lokal mereka. Ini sesuai dengan
konsep Tri Hita Karana yang juga mengajarkan tentang menjaga keharmonisan
dengan unsur-unsur budaya.
Pentingnya keseimbangan waktu antara akademis dan kegiatan
ekstrakurikuler juga menjadi perhatian Ibu Dewi. Ia ingin siswa tidak hanya
pandai dalam buku, tetapi juga memiliki keterampilan dan minat di bidang lain.
Inilah keseimbangan yang diinginkan oleh konsep Tri Hita Karana.
Saat menghadapi tantangan, Ibu Dewi selalu mengajak seluruh warga
sekolah untuk bersama-sama mencari solusi. Ia percaya bahwa dengan gotong
royong dan kerjasama, segala masalah dapat diatasi. Ini merupakan
implementasi dari konsep pertama Tri Hita Karana, yaitu hubungan manusia dengan
Tuhan.
Dalam
peringatan hari besar agama atau budaya, Ibu Dewi mengadakan kegiatan perayaan
bersama. Hal ini bukan hanya sebagai bentuk toleransi antaragama dan
antarbudaya, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat hubungan manusia dengan
Tuhan dan sesama manusia.
Prestasi
akademis dan non-akademis selalu dihargai secara adil. Ibu Dewi tidak hanya
memberikan penghargaan untuk nilai tertinggi, tetapi juga untuk kemampuan di
bidang seni, olahraga, dan kegiatan positif lainnya. Ini menjadi salah satu
wujud penerapan konsep Tri Hita Karana yang menekankan keberagaman dan
keseimbangan.
Dalam
kepemimpinannya, Ibu Dewi tidak pernah menonjolkan diri. Ia selalu mengakui
kontribusi dari seluruh tim dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama
merayakan keberhasilan. Ini mencerminkan prinsip kebersamaan dan keseimbangan,
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.
Kesederhanaan
dan ketulusan Ibu Dewi dalam memimpin membuatnya dicintai dan dihormati oleh
semua warga sekolah. Ia menjadi panutan bagi siswa dalam menjalani kehidupan,
mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan dan kehidupan yang seimbang.
Dengan kepemimpinan yang berbasis Tri Hita Karana, Ibu
Dewi Kartika berhasil menciptakan sekolah yang tidak hanya unggul secara
akademis tetapi juga mencetak individu yang memiliki karakter, kepedulian
sosial, dan kesadaran lingkungan. Ia menjadi teladan bagi kepemimpinan yang
inspiratif, mengajarkan bahwa keberhasilan sebuah sekolah tidak hanya diukur
dari prestasi akademis, tetapi juga dari bagaimana sekolah tersebut mampu
menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan semua anggotanya.
No comments:
Post a Comment